UNSUR-UNSUR
RETORIKA, TUJUAN DAN SIFAT RETORIKA
BAB
I
PENDAHULUAN
Komunikasi
antarpersonal merupakan proses memberikan sesuatu kepada orang lain dengan
kontak tertentu atau dengan mempergunakan suatu alat. Komunikasi sedangkan
komunikasi interpersonal hanya melibatkan satu individu.
Penggunaan bahasa
yang baik sangat mendukung komunikasi. Dengan menggunakan bahasa yang baik,
pihak yang dituju dalam komunikasi antarpersonal dapat menerima dan memahami
pesan yang disampaikan komunikator, lebih dari itu, situasi komunikasi yang
efektif dapat dikembangkan.
Kemampuan
menggunakan bahasa yang baik tidak hanya terkait dengan kemampuan seseorang
memahami dan menerapkan kaidah ketatabahasaan, tetapi juga berhubungan dengan
kemampuan seseorang memahami unsur-unsur yang terlibat dalam praktik
komunikasi. Unsur-unsur itu mencakup siapa dan bagaimana karakteristik penerima
pesan, tujuan penyampaian pesan, alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan,
dan bagaimana karakteristik situasi komunikasi ketika penyampaian pesan
berlangsung. Secara umum, bidang ilmu yang menelaah unsur-unsur komunikasi itu
adalah retorika.
Menurut Richards
dalam Atmazaki (2006: 1) retorika merupakan seni yang mengadaptasi wacana
sebagai tujuan akhir, tujuan utama retorika adalah untuk menemukan cara agar
tidak terjadi kesalahpahaman.
Dari beberapa
Pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa retorika merupakan kajian
bagaimana kita bisa berkomunikasi atau berbicara di depan orang lain tidak
menimbulkan kebosanan, kemuakan, kekesalan, dan membuat orang merasa tertarik,
terpukau dengan penampilan kita. Maka dari itu dalam proses retorika perlu
untuk mengetahui unsur-unsur apa saja yang terlibat dalam proses retorika.
B. Rumusan Masalah
Dalam hal ini,
rumusan masalah yang dapat dirumuskan yakni
1.
Unsur-unsur apa saja yang terlibat
dalam retorika ?
2.
Apa saja maksud dan tujuan seseorang
dalam beretorika (pidato) ?
3.
bagaimana jenis-jenis sifat pembicara
dalam menyampaikan pidatonya ?
C. Tujuan Makalah
Adapun
tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain ;
1.
untuk mengetahui unsur-unsur yang
terlibat dalam retorika.
2.
Untuk mengetahui maksud dan tujuan
seseorang dalam beretorika (pidato)
3.
Untuk mengetahui jenis-jenis sifat pembicara dalam menyampaikan
pidatonya
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Unsur-unsur
yang terlibat dalam retorika
Dalam
kehidupan berkomunikasi, sering terjadi adanya komunikasi yang tidak lancar
karena apa yang diucapkan oleh penutur tidak berarti dapat didengar oleh
penerima, apa yang didengar penerima tidak berarti dapat dimengerti, apa yang
dimengerti tidak berarti disetujui dan apa yang disetujui belum tentu
dilaksanakan. Intinya, komunikasi yang baik adalah komunikasi yang mampu
membangun saling pengertian dan pemahaman antar pihak yang terlibat dalam
praktik komunikasi.
a) Pembicara
(Komunikator)
Pembicara (Komunikator)
adalah pihak
yang bertindak sebagai pengirim pesan
dalam sebuah proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator
merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif
untuk menjadi sumber
dalam sebuah hubungan.
Seorang komunikator tidak hanya berperan dalam menyampaikan pesan kepada
penerima, namun juga memberikan respons
dan tanggapan,
serta menjawab pertanyaan dan masukan yang disampaikan oleh
penerima, dan publik
yang terkena dampak dari proses komunikasi yang berlangsung, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk menjadi seorang komunikator yang baik, terdapat
beberapa hal yang perlu dipahami yakni seorang komunikator yang baik perlu
menyusun dengan baik isi
pesan yang akan disampaikan, sehingga pesan tersebut mudah dimengerti oleh
pihak penerima.
Komunikator yang baik juga harus mengetahui mana media
yang paling tepat untuk mengirimkan pesan kepada penerima dan harus tahu
bagaimana cara mengantisipasi gangguan
yang akan muncul pada proses
pengiriman
pesan.Selain itu, komunikator yang baik akan bertanggung jawab memberikan
tanggapan terhadap umpan balik
(feedback) yang disampaikan oleh pihak penerima (receiver).
komunikator
yang cerdas adalah orang yang selalu memerhatikan reaksi yang timbul dari
audiensnya, sehingga ia dengan segera akan mengubah strategi dan gaya pidato
jika mengetahui bahwa respon yang muncul dari audiens bersifat negative atau
menentang. Dalam suasana retorika yang berbentuk komunikasi tatap muka,
tanggapan atau reaksi hadirin dapat segera diketahui. Respon demikian bersifat langsung
dan disebut sebagai umpan balik seketika (immediate feedback). Atas terjadinya
hal demikian itu pembicara harus tanggap tehadap respon audiensnya agar
komunikasi yang telah menarik perhatian sejak awal itu bias dipelihara hingga
tujuan dari pidato itu berhasil.
b) Pendengar
(Hadirin)
Menurut
bahasa Pendengar adalah orang yang mendengarkan (pidato,music dsb). Para
pendengar atau hadirin (audiens) yang terlibat dalam proses kegiatan retorika
pada hakikatnya merupakan insan-insan yang jelas masing-masing berbeda dan
memiliki kekhasan sendiri. Masing-masing penengar akan memandang penampilan dan
pidato dari komunikator sedikit berbeda satu dengan yang lain.
c) Suara
atau bunyi-bunyian
Bunyi
apa saja yang bisa didengar ataupun tidak disekitar kegiatan retorika akan
mengganggu dalam penyampaian dan penerimaan pesan. Bunyi mungkin berasal dari
luar konteks yang paling dekat, seperti teriakan anak-anak, hujan maupun suar
yang berasal dari dalam konteks yang bersangkutan seperti audiens yang
mengobrol, gangguan udara pada mikropon, dan prasangka dalam pikiran pembicara
atau pendengar. Pesan yang kita pikirkan dan yang dikomunikasikan serta pesan
yang ditrima pendengarnya, semua berbeda dimana pada sebaginnya disebabkan oleh
gangguan bunyi. Penting diketahui bahwa pesan dari salah satu masalah dalam
proses retorika tidak sama dengan masalah lainnya.
d) Pesan
dan Salurannya
Semua
pesan dalam kegiatan retorika mengalir melalui satu saluran atau lebih,
bertolak dari pembicara menuju pendengarnya, dan sebaliknya dari pendengar
menuju pembicara (berupa umpan balik). Saluran dimaksud adalah medium yang
meneruskan pesan bermakana dari pengirim ke penerimanya. Saluran yang tampak
seperti kontak mata, gerakan badan, serta cara berpakaian, dapat menyalurkan
pesan yang mengandung arti tertentu.
e) Akibat
Pidato
di depan umum selalu direncanakan dan disampaikan untuk memperoleh beberapa
akibat pada audiensnya. Tanpa mengharapkan yang demikian ini maka suatu pidato
tidak perlu disampaikan.dalam kegiatan retorika setiap akibat akan
memperlihatkan ketegasan yang berbeda. Seperti halnya para hadirin dengan
kekhasannya masing-masing akan menyebabkan timbulnya akibat yang berbeda sesuai
dengan kekhasan masing-msingny itu dalam situasi retorika kita akan selalu
menyksikan berbagai akibat dari pidatonya, sebab tiap pendengar berbeda dalam
dalam hal pengalaman, referensi, predisposisi, dan reaksinya. Meskipun pndangan
mereka sama tertuju ke pembicara, namun tanggapan atas pidato yang disimaknya
belum tentu sama, bahkan mungkin berbeda.
f)
Konteks
Ada beberapa jenis konteks. Konteks
fisik meliputi ruangan, obyek nyata, pemandangan, dan lain sebagainya. Konteks
menuruf faktor sosio-psikologis menyangkut faktor-faktor seperti status
orang-orang yang terlibat dalam hubungan komunikasi, peran mereka, dan tingkat
kesungguhannya. Dimensi pemilihan waktu
atau tempo
suatu konteks meliputi hari dan rentetan peristimwa yang dirasakan terjadi
sebelum peristiwa komunikasi.
B. Sifat
Retorika
Retorika
selalu memiliki tujuan tertentu dan dalam banyak kasus, pembicara merencanakan
dan mempersiapkan pidatonya lebih dulu. Ada empat kemungkinan cara para
pembicara menyampaikan pidatonya (jones, 1978:200) yaitu
a) Pidato
Dadakan, adalah pidato yang materinya tidak dipersiapkan terlebih dahulu
b) Pidato
tanpa teks, dimaksudkan dengan sepenuhnya dipersiapkan dan dilatih, namun tidak
dihafalkan dan tidak disusun teks lengkapnya.
c) Membaca
Teks, yaitu membuat teks untuk dibacakan pada saat berpidato.
d) Dihafalkan
lebih dulu, yakni dengan sepenuhnya dipersiapkan dan menghafal teks pidato yang
akan dibawakan.
C. Tujuan
Retorika
Umumnya
pidato dapat tertuju pada empat maksud yaitu
a) Memberitahu
(to inform),
Banyak
pembicara yang tergolong pada kategori ini, seperti dosen yang member kuliah,
perintah komandan, dan lain sebagainya. Bahkan lebih banyak lagi pidato
bertujuan memberitahu dan menjelaskan hal yang belum diketahui oleh audiensnya.
b) Menghibur
(to entertain),
Pidato
yang menghibur bertujuan membuat para pendengarnya tertawa atau tertarik
perhatiannya. Pidato jenis ini dalam penyampaiannya dibumbui dengan humor.
c) Memperkuat
kepercayaan (to strengthen belief)
Pidato
ini bermaksud memperkuat nilai, sikap, atau kepercayaan yang ada atau ingin
membangkitkan semangat dan mendorong atau merangsang para pendengar agar
berbuat sesuatu. Yakni membuat para hadirin percaya atau mengakui anggapan
serta pandangan utama komunikator terhadap pesan yang disampaikan.
d) Mengubah
kepercayaan (to change belief).
Pidato
ini dimaksudkan apabila kita ingin meyakinkan audiens agar menerima suatu
sikap, kepercayan, atau tindakan, sedangkan audiens acuh tak acuh maka kita
harus mengubah kepercayaannya. Dalam hal ini pidato diarahkan pada hadirin yang
menentang atau juga bersikap netral tehadap masalah yang disampaikan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan maka dapat di simpulkan bahwa :
1. Unsur-unsur
yang terlibat dalam retorika antara lain pembicara (komunikator), pendengar
(Hadirin), suara (bunyi-bunyian), pesan dan salurannya, akibat, dan Konteks.
Dari masing-masing unsur tersebut sangat
berpengaruh dalam sebuah proses retorika.
2. Ada
empat kemungkinan cara para pembicara menyampaikan pidatonya (jones, 1978:200)
yaitu Pidato Dadakan, Pidato tanpa teks, membaca teks, dan dihafalkan lebih
dulu,
3. Umumnya
pidato dapat tertuju pada empat maksud yaitu Memberitahu (to inform), Menghibur
(to entertain), Memperkuat kepercayaan (to strengthen belief) dan Mengubah
kepercayaan (to change belief).
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan
antara lain
1.
Kami sangat berharap agar kiranya
pembaca memberikan kritik yang membangun guna perbaikan makalah lebih lanjut.
2.
Pembaca dapat menambahkan referensi
lainnya sebagai tambahan wawasan mengenai unsur-unsur retorika.
DAFTAR
PUSTAKA
Suhandang K. Retorika.
. . . . . .