Senin, 10 November 2025

UNSUR-UNSUR RETORIKA, TUJUAN DAN SIFAT RETORIKA


UNSUR-UNSUR RETORIKA, TUJUAN DAN SIFAT RETORIKA


BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi antarpersonal merupakan proses memberikan sesuatu kepada orang lain dengan kontak tertentu atau dengan mempergunakan suatu alat. Komunikasi sedangkan komunikasi interpersonal hanya melibatkan satu individu.
Penggunaan bahasa yang baik sangat mendukung komunikasi. Dengan menggunakan bahasa yang baik, pihak yang dituju dalam komunikasi antarpersonal dapat menerima dan memahami pesan yang disampaikan komunikator, lebih dari itu, situasi komunikasi yang efektif dapat dikembangkan.
Kemampuan menggunakan bahasa yang baik tidak hanya terkait dengan kemampuan seseorang memahami dan menerapkan kaidah ketatabahasaan, tetapi juga berhubungan dengan kemampuan seseorang memahami unsur-unsur yang terlibat dalam praktik komunikasi. Unsur-unsur itu mencakup siapa dan bagaimana karakteristik penerima pesan, tujuan penyampaian pesan, alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan, dan bagaimana karakteristik situasi komunikasi ketika penyampaian pesan berlangsung. Secara umum, bidang ilmu yang menelaah unsur-unsur komunikasi itu adalah retorika.
Menurut Richards dalam Atmazaki (2006: 1) retorika merupakan seni yang mengadaptasi wacana sebagai tujuan akhir, tujuan utama retorika adalah untuk menemukan cara agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Dari beberapa Pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa retorika merupakan kajian bagaimana kita bisa berkomunikasi atau berbicara di depan orang lain tidak menimbulkan kebosanan, kemuakan, kekesalan, dan membuat orang merasa tertarik, terpukau dengan penampilan kita. Maka dari itu dalam proses retorika perlu untuk mengetahui unsur-unsur apa saja yang terlibat dalam proses retorika.
B. Rumusan Masalah
Dalam hal ini, rumusan masalah yang dapat dirumuskan yakni
1.      Unsur-unsur apa saja yang terlibat dalam retorika ?
2.      Apa saja maksud dan tujuan seseorang dalam beretorika (pidato) ?
3.      bagaimana jenis-jenis sifat pembicara dalam menyampaikan pidatonya ?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain ;
1.      untuk mengetahui unsur-unsur yang terlibat dalam retorika.
2.      Untuk mengetahui maksud dan tujuan seseorang dalam beretorika (pidato)
3.      Untuk mengetahui  jenis-jenis sifat pembicara dalam menyampaikan pidatonya

BAB II
PEMBAHASAN
A.     Unsur-unsur yang terlibat dalam retorika

Dalam kehidupan berkomunikasi, sering terjadi adanya komunikasi yang tidak lancar karena apa yang diucapkan oleh penutur tidak berarti dapat didengar oleh penerima, apa yang didengar penerima tidak berarti dapat dimengerti, apa yang dimengerti tidak berarti disetujui dan apa yang disetujui belum tentu dilaksanakan. Intinya, komunikasi yang baik adalah komunikasi yang mampu membangun saling pengertian dan pemahaman antar pihak yang terlibat dalam praktik komunikasi.

a)     Pembicara (Komunikator)
Pembicara (Komunikator) adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan dalam sebuah proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif untuk menjadi sumber dalam sebuah hubungan. Seorang komunikator tidak hanya berperan dalam menyampaikan pesan kepada penerima, namun juga memberikan respons dan tanggapan, serta menjawab pertanyaan dan masukan yang disampaikan oleh penerima, dan publik yang terkena dampak dari proses komunikasi yang berlangsung, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk menjadi seorang komunikator yang baik, terdapat beberapa hal yang perlu dipahami yakni seorang komunikator yang baik perlu menyusun dengan baik isi pesan yang akan disampaikan, sehingga pesan tersebut mudah dimengerti oleh pihak penerima. Komunikator yang baik juga harus mengetahui mana media yang paling tepat untuk mengirimkan pesan kepada penerima dan harus tahu bagaimana cara mengantisipasi gangguan yang akan muncul pada proses pengiriman pesan.Selain itu, komunikator yang baik akan bertanggung jawab memberikan tanggapan terhadap umpan balik (feedback) yang disampaikan oleh pihak penerima (receiver).  
komunikator yang cerdas adalah orang yang selalu memerhatikan reaksi yang timbul dari audiensnya, sehingga ia dengan segera akan mengubah strategi dan gaya pidato jika mengetahui bahwa respon yang muncul dari audiens bersifat negative atau menentang. Dalam suasana retorika yang berbentuk komunikasi tatap muka, tanggapan atau reaksi hadirin dapat segera diketahui. Respon demikian bersifat langsung dan disebut sebagai umpan balik seketika (immediate feedback). Atas terjadinya hal demikian itu pembicara harus tanggap tehadap respon audiensnya agar komunikasi yang telah menarik perhatian sejak awal itu bias dipelihara hingga tujuan dari pidato itu berhasil.
b)     Pendengar (Hadirin)
Menurut bahasa Pendengar adalah orang yang mendengarkan (pidato,music dsb). Para pendengar atau hadirin (audiens) yang terlibat dalam proses kegiatan retorika pada hakikatnya merupakan insan-insan yang jelas masing-masing berbeda dan memiliki kekhasan sendiri. Masing-masing penengar akan memandang penampilan dan pidato dari komunikator sedikit berbeda satu dengan yang lain.
c)      Suara atau bunyi-bunyian
Bunyi apa saja yang bisa didengar ataupun tidak disekitar kegiatan retorika akan mengganggu dalam penyampaian dan penerimaan pesan. Bunyi mungkin berasal dari luar konteks yang paling dekat, seperti teriakan anak-anak, hujan maupun suar yang berasal dari dalam konteks yang bersangkutan seperti audiens yang mengobrol, gangguan udara pada mikropon, dan prasangka dalam pikiran pembicara atau pendengar. Pesan yang kita pikirkan dan yang dikomunikasikan serta pesan yang ditrima pendengarnya, semua berbeda dimana pada sebaginnya disebabkan oleh gangguan bunyi. Penting diketahui bahwa pesan dari salah satu masalah dalam proses retorika tidak sama dengan masalah lainnya.
d)     Pesan dan Salurannya
Semua pesan dalam kegiatan retorika mengalir melalui satu saluran atau lebih, bertolak dari pembicara menuju pendengarnya, dan sebaliknya dari pendengar menuju pembicara (berupa umpan balik). Saluran dimaksud adalah medium yang meneruskan pesan bermakana dari pengirim ke penerimanya. Saluran yang tampak seperti kontak mata, gerakan badan, serta cara berpakaian, dapat menyalurkan pesan yang mengandung arti tertentu.
e)     Akibat
Pidato di depan umum selalu direncanakan dan disampaikan untuk memperoleh beberapa akibat pada audiensnya. Tanpa mengharapkan yang demikian ini maka suatu pidato tidak perlu disampaikan.dalam kegiatan retorika setiap akibat akan memperlihatkan ketegasan yang berbeda. Seperti halnya para hadirin dengan kekhasannya masing-masing akan menyebabkan timbulnya akibat yang berbeda sesuai dengan kekhasan masing-msingny itu dalam situasi retorika kita akan selalu menyksikan berbagai akibat dari pidatonya, sebab tiap pendengar berbeda dalam dalam hal pengalaman, referensi, predisposisi, dan reaksinya. Meskipun pndangan mereka sama tertuju ke pembicara, namun tanggapan atas pidato yang disimaknya belum tentu sama, bahkan mungkin berbeda.
f)        Konteks
            Ada beberapa jenis konteks. Konteks fisik meliputi ruangan, obyek nyata, pemandangan, dan lain sebagainya. Konteks menuruf faktor sosio-psikologis menyangkut faktor-faktor seperti status orang-orang yang terlibat dalam hubungan komunikasi, peran mereka, dan tingkat kesungguhannya. Dimensi pemilihan waktu atau tempo suatu konteks meliputi hari dan rentetan peristimwa yang dirasakan terjadi sebelum peristiwa komunikasi.
B.     Sifat Retorika
Retorika selalu memiliki tujuan tertentu dan dalam banyak kasus, pembicara merencanakan dan mempersiapkan pidatonya lebih dulu. Ada empat kemungkinan cara para pembicara menyampaikan pidatonya (jones, 1978:200) yaitu
a)     Pidato Dadakan, adalah pidato yang materinya tidak dipersiapkan terlebih dahulu
b)     Pidato tanpa teks, dimaksudkan dengan sepenuhnya dipersiapkan dan dilatih, namun tidak dihafalkan dan tidak disusun teks lengkapnya.
c)      Membaca Teks, yaitu membuat teks untuk dibacakan pada saat berpidato.
d)     Dihafalkan lebih dulu, yakni dengan sepenuhnya dipersiapkan dan menghafal teks pidato yang akan dibawakan.
C.     Tujuan Retorika
Umumnya pidato dapat tertuju pada empat maksud yaitu
a)     Memberitahu (to inform),
Banyak pembicara yang tergolong pada kategori ini, seperti dosen yang member kuliah, perintah komandan, dan lain sebagainya. Bahkan lebih banyak lagi pidato bertujuan memberitahu dan menjelaskan hal yang belum diketahui oleh audiensnya.
b)     Menghibur (to entertain),
Pidato yang menghibur bertujuan membuat para pendengarnya tertawa atau tertarik perhatiannya. Pidato jenis ini dalam penyampaiannya dibumbui dengan humor.
c)      Memperkuat kepercayaan (to strengthen belief)
Pidato ini bermaksud memperkuat nilai, sikap, atau kepercayaan yang ada atau ingin membangkitkan semangat dan mendorong atau merangsang para pendengar agar berbuat sesuatu. Yakni membuat para hadirin percaya atau mengakui anggapan serta pandangan utama komunikator terhadap pesan yang disampaikan.

d)     Mengubah kepercayaan (to change belief).
Pidato ini dimaksudkan apabila kita ingin meyakinkan audiens agar menerima suatu sikap, kepercayan, atau tindakan, sedangkan audiens acuh tak acuh maka kita harus mengubah kepercayaannya. Dalam hal ini pidato diarahkan pada hadirin yang menentang atau juga bersikap netral tehadap masalah yang disampaikan.
BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat di simpulkan bahwa :
1.      Unsur-unsur yang terlibat dalam retorika antara lain pembicara (komunikator), pendengar (Hadirin), suara (bunyi-bunyian), pesan dan salurannya, akibat, dan Konteks. Dari masing-masing unsur  tersebut sangat berpengaruh dalam sebuah proses retorika.
2.      Ada empat kemungkinan cara para pembicara menyampaikan pidatonya (jones, 1978:200) yaitu Pidato Dadakan, Pidato tanpa teks, membaca teks, dan dihafalkan lebih dulu,
3.      Umumnya pidato dapat tertuju pada empat maksud yaitu Memberitahu (to inform), Menghibur (to entertain), Memperkuat kepercayaan (to strengthen belief) dan Mengubah kepercayaan (to change belief).
B.     Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan antara lain
1.      Kami sangat berharap agar kiranya pembaca memberikan kritik yang membangun guna perbaikan makalah lebih lanjut.
2.      Pembaca dapat menambahkan referensi lainnya sebagai tambahan wawasan mengenai unsur-unsur retorika.

DAFTAR PUSTAKA

Suhandang K. Retorika. . . . . . .

Minggu, 01 Juli 2012

Deiksis


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibat studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri.  Pragmatik adalah kajian tentang penggunaan bahasa sesungguhnya. Pragmatik mencakup bahasan tentang deiksis, praanggapan, tindak tutur, dan implikatur percakapan. Deiksis adalah kata yang tidak memiliki referen yang tetap ( tetapi berubah-ubah ) seperti kata saya, sini, sekarang. Misalnya dalam dialog antara A dan B, saya secara bergantian mengacu kepada A atau B. Kata sini mengacu kepada tempat yang dekat dengan penutur, kata sekarang mengacu kepada waktu ketika penutur sedang berbicara.
Praanggapan mengacu kepada makna tersirat yang ” mendahului“ makna kalimat yang terucapkan (tertulis). Makna ini dapat ditangkap dan disimpulkan oleh pendengar ( pembaca ). Kalau kita mendengar ujaran “ibunya sedang sakit”, maka “makna lain” yang bisa ditangkap, yaitu ‘dia mempunyai ibu.’ Inilah yang disebut praanggapan. Untuk mengecek kebenarannya, kita dapat menggabungkan keduanya dengan menempatkan praanggapan di depan ujaran tadi menjadi: “Dia mempunyai ibu, ibunya sedang sakit”. Tetapi, praanggapan itu akan janggal jika ditempatkan di belakang.
Suatu informasi pada dasarnya mensyaratkan kecukupan (sufficient) dalam struktur internal informasi itu sendiri sehingga orang yang diajak komunikasi dapat memahami pesan dengan tepat. Persoalan akan muncul, bagaimana jika informasi itu hanya dapat dipahami dari konteksnya. Deiksis adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan keniscayaan hadirnya acuan ini dalam suatu informasi. Menariknya, meski deiksis ini erat kaitannya dengan konteks berbahasa, namun tidak masuk dalam kajian pragmatik karena sifatnya yang teramat penting dalam memahami makna semantik. Dengan kata lain deiksis merupakan ikhtiar pragmatik untuk memahami makna semantik.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan deiksis?
2. Ada berapa jenis deiksis?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah, adapun manfaat yang dapat dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dari deiksis.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis deiksis.
1.4   MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dalam penulisan ini yaitu : Makalah ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan penunjang kegiatan perkuliahan mengenai kajian Pragmatik, khususnya Deiksis.








BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN DEIKSIS
Deiksis adalah istilah teknis (dari bahasa Yunani) untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti Penunjukan melalui bahasa. Bentuk linguistic yang dipakai untuk menyelesaikan penunjukan disebut ungkapan deiksis. Dengan kata lain informasi kontekstual secara leksikal maupun gramatikal yang menunjuk pada hal tertentu baik benda, tempat, ataupun waktu itulah yang disebut dengan deiksis, misalnya he, here, now. Ketiga ungkapan itu memberi perintah untuk menunjuk konteks tertentu agar makna ujaran dapat di pahami dengan tegas.Tenses atau kala juga merupakan jenis deiksis. Misalnya then hanya dapat di rujuk dari situasinya. Deiksis juga didefinisikan sebagai ungkapan yang terikat dengan konteksnya. Contohnya dalam kalimat “Saya mencintai dia”, informasi dari kata ganti “saya” dan “dia” hanya dapat di telusuri dari konteks ujaran. Ungkapan-ungkapan yang hanya diketahui hanya dari konteks ujaran itulah yang di sebut deiksis.
Lavinson (1983) memberi contoh berikut untuk menggambarkan pentingnya informasi deiksis. Misalnya anda menemukan sebuah botol di pantai berisi surat di dalamnya dengan pesan sebagai berikut :
(1) Meet me here a week from now with a stick about this big.
Pesan ini tidak memiliki latar belakang kontekstual sehingga sangat tidak informatif. Karena unkapan deiksis hanya memiliki makna ketika ditafsirkan oleh pembaca. Pada dasarnya ungkapan deiksis ini masuk dalam ranah pragmatik. Namun karena penemuan makna ini sangat penting untuk mengetahui maksud dan kondisi yang sebenarnya maka pada saat yang sama masuk dalam ranah semantik. Dengan kata lain dalam kasus ungkapan deiksis, proses pragmatik dalam mencari acuan masuk dalam semantik. Umumnya kita dapat mengatakan ungkapan deiksis merupakan bagian yang mengacu pada ungkapan yang berkaitan dengan konteks situasi, wacana sebelumnya, penunjukan, dan sebagainya.
Deiksis dapat juga diartikan sebagai lokasi dan identifikasi orang, objek, peristiwa, proses atau kegiatan yang sedang dibicarakan atau yang sedang diacu dalam hubungannya dengan dimensi ruang dan waktunya, pada saat dituturkan oleh pembicara atau yang diajak bicara (Lyons, 1977: 637 via Djajasudarma, 1993: 43).
Pengertian deiksis dibedakan dengan pengertian anafora. Deiksis dapat diartikan sebagai luar tuturan, dimana yang menjadi pusat orientasi deiksis senantiasa si pembicara, yang tidak merupakan unsur di dalam bahasa itu sendiri, sedangkan anafora merujuk dalam tuturan baik yang mengacu kata yang berada di belakang maupun yang merujuk kata yang berada di depan (Lyons, 1977: 638 via Setiawan, 1997: 6).
Berdasarkan beberapa pendapat, dapat dinyatakan bahwa deiksis merupakan suatu gejala semantis yang terdapat pada kata atau konstruksi yang acuannya dapat ditafsirkan sesuai dengan situasi pembicaraan dan menunjuk pada sesuatu di luar bahasa seperti kata tunjuk, pronomina, dan sebagainya. Perujukan atau penunjukan dapat ditujukan pada bentuk atau konstituen sebelumnya yang disebut anafora. Perujukan dapat pula ditujukan pada bentuk yang akan disebut kemudian. Bentuk rujukan seperti itu disebut dengan katafora.
Fenomena deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks dalam struktur bahasa itu sendiri. Kata seperti saya, sini, sekarang adalah kata-kata deiktis. Kata-kata ini tidak memiliki referen yang tetap. Referen kata saya, sini, sekarang baru dapat diketahui maknanya jika diketahui pula siapa, di tempat mana, dan waktu kapan kata-kata itu diucapkan. Jadi, yang menjadi pusat orientasi deiksis adalah penutur.
2.2 JENIS-JENIS DEIKSIS
. Dalam pragmatik, deiksis dibagi menjadi lima jenis meliputi: deiksis orang, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial.
a. Deiksis Persona (deiksis orang)
Menurut pendapat Becker dan Oka dalam Purwo (1984: 21) bahwa deiksis persona merupakan dasar orientasi bagi deiksis ruang dan tempat serta waktu. Deiksis orang memakai istilah kata ganti diri; dinamakan demikian karena fungsinya yang menggantikan diri orang. Bahasa Indonesia hanya mengenal pembagian kata ganti persona menjadi tiga. Diantara ketiga kata ganti persona itu hanya kata ganti persona pertama dan kedua yang menyatakan orang. Kata ganti persona ketiga dapat menyatakan orang maupun benda (termasuk binatang). Referen yang ditunjuk oleh kata ganti persona berganti-ganti tergantung pada peranan yang dibawakan oleh peserta tindak ujaran.
Orang yang sedang berbicara mendapat peranan yang disebut persona pertama. Apabila dia tidak berbicara lagi dan kemudian menjadi pendengar maka ia disebut persona kedua. Orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan disebut persona ketiga. Contoh pemakaian kata saya dan aku, masing-masing memiliki perbedaan pemakaian. Kata aku hanya dapat dipakai dalam situasi informal. Kata saya dapat dipergunakan dalam situasi formal maupun informal. Jadi kata saya merupakan kata tak bermarkah sedangkan kata aku bermarkah keintiman.

b. Deiksis Tempat
Deiksis tempat menyatakan pemberian bentuk kepada tempat, dipandang dari lokasi pemeran dalam peristiwa berbahasa, yang meliputi (a) yang dekat dengan pembicara (di sini); (b) yang jauh dari pembicara tetapi dekat dengan pendengar (di situ); (c) yang jauh dari pembicara dan pendengar (di sana).
Di bawah ini masing-masing contohnya:
(a) Duduklah bersamaku di sini!
(b) Letakkan piringmu di situ!
(c) Aku akan menemuinya di sana.

c. Deiksis Waktu
Deiksis waktu berkaitan dengan pengungkapan jarak waktu dipandang dari waktu suatu tuturan diproduksi oleh pembicara: sekarang, kemarin, lusa, dsb.
Contoh:
(a) Nanti sore aku akan datang kerumahmu.
(b) Bulan Juni nanti jumlah pengunjung mungkin lebih meningkat.

Kata nanti apabila dirangkaikan dengan kata pagi, siang, sore atau malam tidak dapat memiliki jangkauan ke depan lebih dari satu hari. Dalam rangkaian dengan nama bulan kata nanti, dapat mempunyai jangkauan ke depan yang lebih jauh.

d. Deiksis Wacana
Deiksis wacana yang berkaitan dengan bagian-bagian tentang dalam wacana yang telah diberikan dan atau yang sedang dikembangkan: (a) anafora: yang pertama, berikut ini, dsb; (b) katafora: tersebut,demikian, dsb.

Contoh anafora:
Film November 1828 bisa dibuat terutama berkat kerjasama dua orang, Nyohansiang dan Teguh Karya. Yang pertama memiliki model dan ingin membuat film lain dari yang lain, sedangkan yang satunya sutradara yang selalu tampil dengan film-film terkenal.

Contoh Katafora:
Pak Suparman (56 tahun) seorang petani gurem yang bermukim di kalurahan Karangmojo, kecamatan Cepu, berkisah demikian: ”Dengan berbagai cara saya berusaha agar dapat meningkatkan produksi gurem dengan kualitas yang baik”.

e. Deiksis Sosial
Deiksis sosial mengungkapkan perbedaan-perbedaan kemasyarakatan yang terdapat antarpartisipan yang terdapat dalam peristiwa berbahasa. Deiksis ini menyebabkan adanya kesopanan berbahasa.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Deiksis berasal dari kata Yunani kuno yang berarti “penunjukkan”. Dengan kata lain informasi kontekstual secara leksikal maupun gramatikal yang menunjuk pada hal tertentu baik benda, tempat, ataupun waktu itulah yang disebut dengan deiksis, misalnya he, here, now. Ketiga ungkapan itu memberi perintah untuk menunjuk konteks tertentu agar makna ujaran dapat di pahami dengan tegas.Tenses atau kala juga merupakan jenis deiksis. Misalnya then hanya dapat di rujuk dari situasinya. Deiksis ada lima macam, yaitu deiksis orang, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana dan deiksis social.
3.2 SARAN
            Adapun yang dapat pemakalah sarankan adalah diharapkan pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi perbaikan makalah lebih lanjut.
     








DAFTAR PUSTAKA
George Yule. 1996. Pragmatik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kaswanti Purwo, Bambang. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa: Menyibak Kurikulum 1984. Yogyakarta: Kanisius.

Minggu, 05 Februari 2012

Kepribadian Guru yang Menyenangkan

      Guru pada saat ini sering menjadi sorotan dari berbagai media massa, berkaitan  dengan rendahnya mutu pendidikan dan keberhasilan suatu sekolah, dan dimana ada sebagian masyarakat kita beranggapan keberhasilan suatu pendidikan sangat ditentukan oleh mutu guru itu sendiri. Namun dalam kenyataannya tidak hanya mutu guru akan tetapi kepribadian guru sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Menurut tinjauan psikologi, kepribadian berarti, sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lainnya Meleod (1989) mengatakan kepribadian (personality) sebagai sifat yang khas yang dimiliki oleh seseorang dalam hal ini kepribadian adalah karakter atau identitas. Kepribadian itulah yang akan menentukan apabila ia menjadi pendidik dan Pembina yang baik bagi anak didiknya ataukah akan menjadi perusak atau penghancur masa depan anak didiknya yang menunjukkan berhasil atau tidaknya pendidikan.
Dengan demikian kepribadian guru yang mampu menjadi pendidik dan Pembina yang baik bagi anak didiknya adalah:
1. Tanpa pamrih (ikhlas)
Sosok guru sebagai  pahlawan tanpa jasa, benar-benar diamati, tak ada batas waktu, tempat dalam mengajarkan ilmu, dan yang paling penting mereka betul-betul ideal model. Apa yang diketahui dan apa yang dilakukan sejalan yang tidak secara langsung menimbulkan kewibawaan sejati dalam diri beliau.
2. Mahir
Dikatakan guru yang mahir adalah: guru yang mampu untuk menundukkan hati mereka dan mempengaruhi mereka dengan baik sehingga ia dapat meminta mereka dan berbicara dengan mereka maka dengan kepribadian itu memungkinkan untuk mengarahkan mereka pada jalan yang lurus.
3. Peka terhadap masyarakat
Kepribadian guru masa kini dan akan datang perlu diketahui karakteristik masyarakat yang dihadapi yang notebenenya merupakan konsumen atau pengguna jasa pendidikan. Menurut Tilaar (1999:281), ada 3 karakteristik masyarakat masa kini dan akan datang (masyarakat millineum 21), yaitu:
•    Masyarakat teknologi dimana kemajuan teknologi sangat berkembang pesat sehingga membuat dunia menjadi satu sekitar yang membatasi bangsa-bangsa pribadi, menjadi hilang sehingga bentuk-bentuk komunikasi umat manusia akan berubah.
•    Masyarakat terbuka, pada jenis ini dibutuhkan manusia yang mampu mengembangkan kemampuan dan mampu berkreasi untuk meningkatkan mutu kehidupannya serta sekaligus mutu kehidupan bangsa  dan masyarakatnya.
•    Masyarakat madani, yaitu masyarakat yang saling menghargai satu dengan yang lain, yang mengakui akan hak-hak manusia, yang menghormati akan prestasi dari para anggotanya sesuai dengan kemampuan yang dapat ditunjukkannya bagi masyarakat.
4. Pergaulan
Untuk mencapai kinerja luar biasa disemua jenis pekerjaan, dibidang apapun kompetensi; emosional dua kali lebih penting dari pada kemampuan kognitif. Untuk meraih keberhasilan yang tinggi dalam posisi kepemimpin, kompetensi emosional jauh lebih mendukung dan menguntungkan mengingat bahwa kompetensi emosional merupakan dua pertiga atau lebih dari unsur-unsur yang menentukan kinerja prima, banyak data menyatakan bahwa, menemukan orang yang memiliki kemampuan ini, atua mengupayakan agar kemampuan ini berkembang pada diri para karyawan, akan amat meningkatkan kinerja organisasi dan meningkatkan omsetnya. Seberapa banyak dalam tugas sederhana seperti operator mesin atau pegawai administrasi, satu persen orang-orang puncaknya yang memiliki kompetensi emosional, adalah tiga kali lebih produktif (menurut nilainya). Untuk pekerjaannya yang tingkat kompleksitasnya sedang, seperti petugas penjualan atau teknisi, satu orang dengan kompetensi emosional yang tinggi adalah dua belas kali lebih produktif (menurut nilainya).
5. Strategi Agar Siapapun Menyukai Anda Setiap Saat
David J. Liebermar, Ph.D dalam buku agar siapa saja mau melakukan apa saja untuk anda. Menjelaskan:
•    Beradalah di sekitar orang sesering mungkin, karena keakraban menumbuhkan rasa sayang, bukan rasa benci
•    Jika hendak berbicara dengan seseorang, lakukanlah ketika suasana hatinya baik, sehingga hukum pergaulan akan berlaku, bicarakanlah minat atau pengalaman yang sama-sama pernah kurang alami dan cobalah untuk lebih banyak mendengar, jangan terlalu banyak bicara
•    Terapkan hukum saling menyukai jika anak menghormati dia atau mengagumi sesuatu yang ada pada dirinya pastikan dia mengetahui hal itu
•    Buatlah dia melakukan sedikit kebaikan pada anda, tetapi pastilah bahwa hal itu tidak mengandung kesan perintah. Hal ini menciptakan motivasi tak sadar dia untuk lebih menyukai anda.
•    Bangunlah jembatan psikologis dan lakukanlah komunikasi dengan meniru gerak tubuh dan mensucikan  diri dengan tempo dan nada bicaranya
•    Kita tertarik dengan orang-orang yang percaya diri. Tunjukkan kepercayaan diri anda dengan mampu tertawa pada diri anda sendiri dan tidak terlalu menjaga penampilan.
•    Buatlah dia merasa nyaman. Jadilah orang penuh pengertian, baik hati, tulus dan hangat
•    Miliklah siap mental yang positif, kita tertarik jadi orang yang sentosa, bergairah, periang dan aktif.
Dan tersenyumlah! Senyum mengandung empat hal penting, percaya diri, kegembiraan, antarsesama dan yang paling penting penerimaan. Ciptakan pengaruh pertama dan buatlah saat-saat diawali jumpa (dan sekitar lima menit pertama) sebagai momen terbaik sehingga percakapan anda selanjutnya akan tersaring lewat kesan pertama itu dengan begitu anda mampu menanamkan kesan pertama yang mengagumkan. Fenomena psikologis berupa kemudahan dikenali dan penciptaan bisa sangat mempengaruhi bagaimana orang mula-mula menilai anda. Letakkanlah aspek-aspek bawah sadar ini diawali pertemuan ada. Serta ciptakan aktivitas yang bisa meninggalkan kondisi emosional dan bersama anda. Kesan muda dapat meningkatkan daya tarik. Gerak tubuh dan gaya berjalan anda sangat menentukan seberapa mudah anda terlihat. Perasaan-perasaan bergairah seseorang dapat dibangkitkan hanya dengan tatapan mata. Tataplah matanya  ketika sedang berbicara dan mendengarkannya. Kita akan memandang orang lain menarik ketika kita kurang percaya diri, mendekatinya ketika dia sedang minder bisa membuat anda tampak lebih menarik dimatanya. Begitu dia menyukai anda tingkatan daya tarik anda dengan menunjukkan bahwa anda tertarik  jadinya.